Mohammad Toha

From the series Revolusi

Memotret peristiwa di jalan sangat berbahaya selama revolusi. Meskipun begitu kita memperoleh gambaran peristiwanya, tidak hanya lewat fotografi. Mohammad Toha yang berumur 11 tahun menuangkan peristiwa di Yogyakarta yang terkepung dan diduduki itu dalam karya-karya cat air yang kecil.

Mohammad Toha

Mohammad Toha berumur 11 tahun ketika pasukan Belanda menyerang kotanya Yogyakarta pada 19 Desember 1948. Penggambar muda yang berbakat ini pada waktu itu sudah berguru bersama dengan empat remaja laki-laki lainnya pada pelukis realisme sosialis Dullah.

Mohammad Toha dan ibunya, tanggalnya tak diketahui. Foto, dari: Dullah, Karya Dalam Peperangan Dan Revolusi, Bali 1982. Fotografer tak dikenal

Dutch paratroopers being dropped at Maguwo airport Dutch paratroopers being dropped at Maguwo airport

PELUKIS DOKUMENTER

Mereka belajar bagaimana dapat membuat sketsa dengan cepat dalam cat akuarel, tanpa diketahui. Rencana Dullah adalah agar para remaja lelaki ini merekam situasi di kota sebagai pelukis dokumenter. Pemuda-pemuda ini juga bekerja sebagai penjual rokok dan dengan demikian bisa turun ke jalan tanpa menarik perhatian.

Pasukan terjun payung Belanda terjun di lapangan udara Maguwo, Mohammad Toha Adimidjojo, 1948

Dutch bombers Dutch bombers

MASA AWAL PENDUDUKAN

Pada tanggal 19 Desember 1948 Mohammad Toha melihat bagaimana pada saat matahari terbit sebuah eskader pesawat pengebom Belanda mendekati kotanya. Ini mengawali pendudukan Belanda di Yogyakarta, tempat kedudukan pemerintah Republik dan tempat tinggal Toha.

Satu eskader pesawat pengebom Belanda di Yogyakarta saat fajar, Mohammad Toha Adimidjojo, 1948 – 1949

Dutch troops using civilians as human shields Dutch troops using civilians as human shields

SANGAT BERBAHAYA

Pekerjaan yang dilakukan Toha sangat berbahaya. Sarjito, salah satu dari keempat anak laki-laki lainnya, meninggal di Tangerang, sebuah penjara anak. Juga Sri Suwarno hilang dan tidak pernah kembali lagi.

Perisai manusia terhadap tentara Belanda yang memasuki Yogyakarta, Mohammad Toha Adimidjojo, 1948 – 1949

Dutch soldiers searching Mohammad Toha’s house for his brother Dutch soldiers searching Mohammad Toha’s house for his brother

PENGGELEDAHAN

Ayah Toha ditangkap. Kemudian tentara Belanda datang ke rumahnya untuk mencari kakak laki-laki Toha. Kejadian yang mengintimidasi ini juga direkam Toha dalam cat air. Dia menggambarkan dirinya duduk di sudut kiri kamar.

Tentara Belanda menggeledah rumah Moh. Toha mencari saudaranya yang sudah menjadi gerilya. Moh. Toha dipaksa untuk duduk diam, Mohammad Toha Adimidjojo, 1949

Three guerrilla fighters at the time of the General Attack Three guerrilla fighters at the time of the General Attack

Yogyakarta

Toha tidak hanya melukis aksi-aksi tentara Belanda. Pada tanggal 1 Maret 1949 tentara Indonesia untuk waktu singkat merebut Yogyakarta kembali dari Belanda. Dia juga membuat sebuah akuarel dari hal itu. Tidak lama sesudah itu pihak Belanda kembali menduduki daerah tersebut.

Tiga pejuang gerilya pada saat Serangan Umum, Mohammad Toha Adimidjojo, 1949